Sabtu, 30 Juni 2012

CERITA LUCU

kena tilang

Seorang pegawai terlambat pergi ke kantor, ia tergesa-gesa dengan motornya. Sialnya ditengah jalan terjadi razia dadakan oleh polisi. Prriiittt.., motornya dihentikan oleh polisi. "Mana surat-suratnya!", kata polisi. Sialnya ternyata si pengendara motor itu nggak bawa SIM. "Kamu saya tilang!", seru polisi. "wah, jangan pak, damai saja ya pak..", kata si pengendara sambil memberi uang 20 ribuan. "Ya sudah, kamu pulang lagi, ambil dulu surat kelengkapan yang kurang!". Si pengendara akhirnya pulang untuk mengambil SIM dan kembali berangkat ke kantor untuk bekerja. Priiitttt.., si pengendara diberhentikan polisi lagi. "Ada apa lagi sih pak?", kata si pengendara. "Anda tidak pakai helm!", kata polisi. Sial banget, gara-gara pulang mengambil SIM malah kelupaan helm, akhirnya si pengendara pulang mengambil helmnya setelah terkuras 20 ribu lagi. Di tengah jalan saat kembali ke kantor, priiittttt!, "Nih.. surat-surat lengkap, helm udah bawa, serakah amat, ada apa lagi sih pak?", kata pengendara. "Surat lengkap, helm sudah dipakai.. sekarang motornya mana!!???", seru polisi.

Antara Topeng Istri dan Sekretaris

Ketika diadakan Pesta Topeng (Halloween Party) seorang istri Konglomerat marahmarah
sama sekretaris suaminya. Berceritalah Tuan Billy ,sang Konglomerat, kepada
temennya Tuan Bagus.
Tuan Bagus: "Jadi kenapa istri anda marah-marah?"
Tuan Billy: "Iya masalahnya sih sepele, katanya."
Tuan Bagus: "Apakah istri bapak,pencemburu,dan cemburu kepada sekretaris anda
waktu Pesta itu, tanyanya?"
Tuan Billy: "Bukan itu masalahnya.Istriku marah-marah kepada sekretarisku karena
sekretarisku mau meminjam Topeng istriku."
Tuan Bagus: "Mosok begitu saja marah?"
Tuan Billy: "Iya, sebab malam itu sebenarnya istriku sedang tidak memakai
topeng...."

"PANJANG SEKALI...."
Poltak anak Medan sedang kuliah di Jogya, ia kesengsem sama Sulastri, gadis manis asal Solo
suatu hari Poltak mengajak pacarnya Sulastri jalan2 kliling kota dengan motor RX-Kingnya
ditengah perjalanan mereka ngobrol, karena motor melaju cepat, sulastri mulai protes.
Sulastri: mas jangan kesusu....(jangan terlalu cepat)
Poltak diam saja karena dikiranya dia duduk terlalu dekat dengan Sulastri, makan dengan sopan Poltak bergeser maju sedikit ke depan agar gak terlalu dekat dengan dada Sulastri. namun motor tetap saja melaju kencang
Sulastri: maaasss..... jangan kesusu tho...!!!(dengan logat jawa kental)
Poltak masih diam. tapi duduknya makin maju sampai ke tangki motor.
Sulastri: Mas ini, mbok ya jangan kesusuuuu.....
Poltak hilang kesabarannya, badannya makin maju sampai mepet stang motor, dan keluarlah logat bataknya...
Poltak: bahhh.... panjang benar susu kau Lastriii..... heran abang...

" Mabuk "
alkisah ada org yg tinggal d sisi kiri dan sisi kanan sungai, d sisi kiri pd makmur sedangkan d sisi kanan pd melarat. Krn kasian org kiri memberikan makanan, bensin dan menyebrangkan mobil ke sisi kanan. Org kanan yg menerima pemberian org kiri pun merasa senang sekali dan berpesta pora.
Kiri: "Oi, kanan gimana mkanan, bensin dan mobil yg ku kasih?"
Kanan: "Makasih ya, berkat pemberianmu kami berpesta pora. Tapi, emangnya km ada ngasih mobil?"
Org kiri pun bingung dan tersadar.
Kiri: "Bodo banget si luu, nyangkut tuh cepetan ambill."
Org kanan menuju pun menuju tali penyebrangan
Kanan: "Sori deh, namanya nyangkut ya kita org ga sadar, Thanks ye"
Kiri: "Yoa, Bensinnya udah nyampe kan?"
Kanan: "oh, tnang ja. Dah nyampe dari tdi kok.... Ni lagi pesta sma makanan yg km kasih, gila pada mabuk ni orang"
Kiri: "woi, kanan, klian bleh melarat tp jangan bego dong.... Tu bensin buat mobil !!"
Org kanan kmdn mikir smbil ngangguk
Kanan: "oooooohhh, gitu?? Ternyata mobilnya mau ikutan mabuuuk sama kita2 disini"

Kamis, 28 Juni 2012

SI JAGO MERAH KEMBALI MENGAMUK







Si jago merah kembali mengamuk di Kota Kuala Tungkal Provinsi Jambi pasar parit 3 (tiga) tadi malam 29 juni 2012 jam 19.30 WIB. Diperkiraan sementara 30 rumah hangus terbakar.
kebakaran tersebut terjadi pada saat masyarakat tengah menjalankan ibadah shalat Isya.sementara penyebab kebakaran masih di selidiki pihak terkait.

sebagian besar rumah tebuat dari papan dan jemabatan untuk menuju pusat kebakaran sangat kecil itu salah satu penyebab api cepat menjalar dan menghaguskan rumah - rumah warga.

Bupati Drs.H.Usaman Ermulan,MM beserta rombongan, langsung turun ke tempat kejadian setelah usai menghadiri acara malam pisah sambut KODIM 0419.

padahal belum lama telah terjadi juga kebakaran di Teluk Nilau Kuala Tungkal Provinsi jambi yang menghanguskan ratusan rumah dan satu bangunan  Sekolah Dasar juga hangus terbakar.

ini mennjadi PR tersendiri bagi pemerintah mengingat kota Kuala Tungakal sering sekali terjadi kebakaran terutama dalam tata bangunan dan akses jalan yang memadai untuk di lalui mobil pemdam kebakaran. sehingga apa bila terjadi kebakaran api dapat sesegera mungkin di padamkan.


Rabu, 27 Juni 2012

MENGHITAMKAN RAMBUT


Rambut hitam berkilau merupakan dambaan setiap orang, terutama kaum wanita. Banyak sekali orang yang mendambakan rambut hitam berkilau. Karena itu, kali ini saya akan memberikan tips agar rambut hitam berkilau dengan bahan alami atau tradisional.



Tips merawat rambut agar hitam berkilau kali ini dengan menggunakan teh. Caranya: 1.Rendam teh selama 1 malam (biasanya disebut teh basi). 2.Basahi rambut setiap pagi dengan air teh basi tersebut. 3.Lakukan dengan teratur setiap hari. Secara bertahap rambut anda akan hitam dan berkilau. Selain bisa menghitamkan rambut, air teh juga bisa mencegah dan menahan penumbuhan uban.  Selamat Mencoba …. semoga bermanfaat!!!

KRITISISME (FILSAFAT ILMU)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari hakikat atas kebenaran sesuatu atau studi yang membahas tentang fenomena kehidupan dan pemikiran mausia secara kritis. Ada banyak filusuf-filusuf yang terkenal dengan pemikirannya masing-masing dan filusuf yang terkenal dalam pemikiran kritisisme adalah Immanuel Kant.
Kant mengatakan bahwa filsafat yaitu ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat persoalan yaitu metafisika, etika, agama, dan antropologi. Menurut Kant kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yaitu Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori oleh David Hume.
Untuk lebih jelasnya kita mempelajari filusuf tentang kritisisme yaitu Immanuel Kant kita lebih baiknya mengetahui lebih dalam tentang Immanuel Kant, yaitu tentang biografinya maupun dan tentang pemikirannya.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1.      Bagaimana biografi dan Kritisisme Immanuel Kant?
2.      Bagaimana ciri-ciri kritisisme?
3.      Apa saja karya-karya Immanuel Kant?


C.    Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan dalam penulisan makalah Kritisisme ini yaitu supaya pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang biografi dan Kritisisme Immanuel Kant. Serta lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan kritisisme dan mengetahui isi karya-karya Kant.

BAB II
PEMBAHASAN

A.        Biografi dan Pemikiran Immanuel Kant
a.       Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant lahir pada tahun 1724 M di Konisbergen, Prusia Timur (sesudah PD II dimasukkan ke Uni Soviet dan namanya diganti menjadi Kaliningrad), Jerman. Kant berasal dari keluarga miskin. Pada usia delapan tahun kant menjadi murid di gymnasium.  Ia sejak kecil tidak pernah meninggalkan desanya, kecuali saat ia mengajar di desa tetangganya. Untuk mencari nafkah demi kehidupannya, ia sambil bekerja menjadi guru pribadi (privatdozen) pada beberapa keluarga kaya. Kant adalah orang yang yang hidupnya selalu teratur, ia hidupnya disiplin dan tenang, dan ia hampir tidak berpergian. Kant melanjutkan studinya tentang teologi di Universitas Konigsberg . Namun perhatiannya justru tercurah pada filsafat, ilmu pasti dan fisika. Karena tidak mampu membiayai studinya, kant memperoleh uang studinya dari beasiswa. Dari tahun 1755 sampai tahun 1770, ia memberikan banyak kuliah sebagai dosen tamu. Pada 1775 Kant rnemperoleh gelar doktor dengan disertasi benjudul “Penggambaran Singkat dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api” (Meditationum quarunsdum de igne succinta delineatio). Sejak itu ia mengajar di Univensitas Konigsberg. Kant mengajar untuk ilmu pasti, ilmu alam, hukum, teologi, filsafat, dan masih banyak bidang lain. Kuliah beliau sangat menarik karena ia membuat mahasiswa berpikir sendiri. Sejak tahun 1770 ia menjabat sebagai guru besar di Universitas Konigsberg. Pada Maret 1770, ia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika dengan disertasi Mengenai Bentuk dan Azas-azas dari Dunia Inderawi dan Budiah (De mundi sensibilis atgue intelligibilis forma et principiis). Kant mengalami tiga periode dalam hidupnya yaitu;
1.   Kant melaksanakan ilmu alam dan filsafat alam menurut gaya Newton dan Wolff. Periode rasionalistis ini berlaku sampai tahun 1755 (copleston VI, 185).
2.   Setelah karya Hume diterjemahkan dalam bahasa Jerman (1756), ia sangat dipengaruhi Hume. Ia berpotensi skeptis tentang pengetahuan filosofis.
3.   Sekitar tahun 1770 mulailah periode kritis. Ia mendapat penerangan besar tentang nilai hukum-hukum ilmiah, dengan konsekuensinya. Lalu ia mulai merencanakan membuat buku mengenai hal itu. Namun baru pada tahun 1781 diterbitkan buku Kritik der reinen Vernunft. Dan tahun 1787 diterbitkan buku edisi kedua.[1] Kemudian dalam waktu singkat diterbitkanlah buku yang berjudul “kritik-kritik” yang memuat tentang kehendak, penilaian estetis, dan tentang Agama.
Kant meninggal pada tanggal 12 Februari tahun1804 di Konigsberg pada usianya yang kedelapanpuluh tahun.

b.      Kritisisme Imanuel Kant
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia mengatasi dan menyimpulkan aliran Rasionalisme dan Empirisme, yang dibantah oleh Copleston VI. Dari satu pihak ia mempertahankan obyektifitas, universalitas, dan keniscayaan. Dalam filsafat Kant, tekanan yang utama terletak pada kegiatan atau pengertian dan penilaian manusia. Bukan seperti empirisme yang menekankan pada aspek psikologi, melainkan sebagai analisa kritis, pada pemahaman Kant yang baru, dan sering disebut “revolusi Kopernikus yang kedua”.[2]
Kant memandang rasionalisme dan empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kant tidak menentang adanya akal murni, ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Akal murni menghasilkan pengetahuan tanpa dasar indrawi atau independen dari alat pancaindra.
Kant dalam argumennya, bahwa akal dipandu oleh tiga ide transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut jiwa, ide dunia, dan ide tentang Tuhan. Ketiganya tersebut memiliki fungsi masing-masing, yaitu “ide jiwa” menyatakan dan mendasari segala gejala batiniah yang merupakan cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang psikis, “ide dunia” menyatakan segala gejala jasmaniah, “ide Tuhan” mendasari segala gejala, segala yang ada, baik batiniah maupun yang lahiriah (Ahmad Tafsir, 2005:150-151, lihat Mircea Eliade,t.:247)
Kant mengarang macam-macam kritik mengenai akalbudi, kehendak, rasa, dan agama. Dalam karyanya yang sering disebut metafisika. Menurutnya Metafisika merupakan uraian sistematis mengenai keseluruhan pengertian filosofis yang dapat dicapai. Ia berpendapat bahwa pada sekurang-kurangnya pada prinsipnya mungkin untuk memperkembangkan suatu metafisika sistematis yang lengkap. Namun Kant mulai meragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik, sebab menurut dia metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti untuk memecahkan masalahnya, maka perlu diselidiki dahulu kemampuan dan batas-batas akal-budi.

Immannuel Kant membedakan akal (vertstand) dari rasio dan budi (vernuft). Tugas akal merupakan yang mengatur data-data indrawi, yaitu dengan mengemukakan “putusan-putusan”. Sebgaimana kita melihat sesuatu, maka sesuatu itu ditrasmisikan ke dalam akal, selanjutnya akal mengesaninya. Hasil indra diolah sedemikian rupa oleh akal, selanjutnya bekerja dengan daya fantasi umtuk menyusun kesan-kesan itu sehingga menjadi suatu gambar yang dikuasai oleh bentuk ruang dan waktu.[3]
Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting diantaranya adalah tentang “akal murni”. Menurut Kant dunia luar itu diketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa, bukanlah sekedar tabula rasa. Tetapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan merekontruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori, yaitu dengan mengklasifikasikan dan memersepsikannya ke dalam idea. Melalui alat indara sensasi masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan kemudian disadari. Sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu yaitu hukum-hukum, dan hukum-hukum tersebut tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak. Penangkapan tersebut telah diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah yang dinamakan hukum-hukum(Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004: 121).
Demikian gagasan Immanuel Kant yang menjadi penggagas Kritisisme. Filsafat memulai perjalanannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Maka Kritisisme berbeda dengan corak filsafat modern sebelum sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.

Dengan Kritisisme yang diciptakan oleh Immanuel Kant, hubungan antara rasio dan pengalaman menjadi harmonis, sehingga pengetahuan yang benar bukan hannya pada rasio, tetapi juga pada hasil indrawi. Kant memastikan adanya pengetahuan yang benar-benar “pasti”, artinya menolak aliran skeptisisme, yaitu aliran yang menyatakan tidak ada pengetahuan yang pasti.
Zaman pencerahan atau yang dikenal di Inggris dengan enlightenment. Terjadi pada abad ke 18 di Jerman. Immanuel Kant mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan “dengan aufklarung, manusia akan keluar dari keadaan tidak akil balig (dalam bahasa Jerman: unmundigkeint), yang dengan ia sendiri bersalah”. Sebabnya menusia bersalah karena manusia tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya yaitu rasio. Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia barat yang sudah dimulai sejak Renaissance dan reformasi. Di Jerman, seorang filosof besar yang melebihi zaman aufklarung telah lahir yaitu Immanuel Kant.

B.     Ciri-ciri Kritisisme
Isi utama dalam kritisisme yaitu gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika. Gagasan tersebut muncul karena ada pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu:

1.   Apa yang dapat saya ketahui?
2.   Apa yang harus saya lakukan?
3.   Apa yang boleh saya harapkan?
Ciri-ciri Kritisisme Immanuel Kant dapat disimpulkan menjadi tiga hal yaitu:
1.      Menganggap objek pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
2.   Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk menetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.   Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsure “a priori” (sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya) yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur “aposteoriori” (setelah di buktikan baru percaya) yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.

C.    Karya-karya Immanuel Kant
Immanuel Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni, dan Kant mewujudkan pemikirannya tersebut ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik. Buku-bukunya antara lain berjudul:

a.       Kritik atas Rasio murni (kritik der reimem Vernunft) tahun 1781
Dalam kritik ini Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak, dan memberi pengertian baru. Untuk itu Kant terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan. Pertama, putusan analitis “a priori” di mana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua, putusan sintesis “aposteriori”, misalnya pernyataan"meja itu bagus", di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Ketiga, putusan sintesis “a priori” di sini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi "segala kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian "kejadian" belum dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab". Maka di sini baik akal ataupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant, putusan jenis ketiga inilah syarat dasar bagi apa yang disebut pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak serta memberi pengetahuan baru.[4]

b.      Pada Taraf Indra
Dalam buku ini unsur a priori memainkan peranan bentuk dan unsure aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant unsure a priori itu sudah terdapat pada tarap indra.
Ia berpendapat bahwa dalam pengatahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori, yaitu ruang dan waktu. Jadi ruang tidak merupakan ruang kosong, dimana benda-benda diletakkan; ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”(ruang an sinch). Waktu bukan merupakan suatu arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan.




c.       Pada Taraf Akal Budi
Kant membedakan akal budi (Verstand) dengan rasio (Vernunff). Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data indrawi. Dengan kata lain akal budi mengucapkan putusab-putusan. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah a priori, yang terdapat pada akal budi. Bentuk a priori ini dinamakan Kant dengan istilah “kategori”. (Juana S. Pradja, 2000: 79). Menurut Kant ada duabelas kategori, tetapi yang terpenting dapat disebut disini hanya dua kategori saja, yaitu substansi dan kausalitas (sebab akiabt). Akal budi mempunyai struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa mesti memikirkan data-data indrawi sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau menurut kategori lainnya.

d.      Pada Taraf Rasio
Menurut Juhaya S. Pradja, tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumenasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data indrawi dengan mengadakan putusan-putusan, demikian pula rasio menggabungkan putusan-putusan.
Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin tiga ide, yaitu jiwa, dunia dan Allah. Ide menurut Immanuel Kant ialah cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejala psikis (jiwa), kejadian jasmani (dunia), dan segala galanya yang ada (Allah). Ketiga ide tersebut mengatur argumentasi kita tentang pengalaman., tetapi ketiga ide itu sendiri tidak termasuk pengalaman kita. Karena kategori akal budi hanya berlaku pada pengalaman, dan kategori itu tidak berlaku pada ide-ide, hal tersebutlah yang diusahakan dalam metafisika.Bagian yang terpenting dari buku Kant yaitu Critique on Peru Reason adalah filsafat Kant tentang transcendental aesthethic yang merupakan transcendental philosophy. Transcendental aesthethic membicarakan ruang dan waktu.

e.       Kritik Atas Rasio Praktis
Rasio murni yang dimaksudkan Immanuel Kant adalah rasio yang dapat menjalankan roda pengetahuan. Akan tetapi diasmping rasio murni terdapat rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan “apa yang harus kita lakukan” atau dengan kata lain “rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita”.
Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang disebut sebagai imperatif kategori. Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal tersebut dibuktikan, hanya dituntut, yang disebut Kant ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga itu adalah kebebasa kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya Allah.(Juhaya S. Pradja, 2000:82). Menerima ketiga hal tersebut dinamakan Kant sebagai Gloube alias kepercayaan, dengan demikian Kant berusaha untuk mempengaruhi keyakinannya atas Yesus Kritus dengan penemuan filsafatnya.

f.       Kritik atas Daya Pertimbangan
Kritik atas Daya Pertimbangan terdiri dari sebuah pendahuluan. Kant mengemukakan delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia berusaha merukunkan dua karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Bagian pertama dari karya itu berjudul “Kritik atas daya penilaian estetis” dan terbagi menjadi dua bagian yang terkait dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis dan dialektika daya penilaian estetis. Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik (beautiful) dan analisa tentang agung (sublime)[5]. Kritik ketiga dari Immanuel Kant atas rasio dan empirisme yaitu dalam karyanya critique of jidgement. Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas rasio praktik” ialah munculnya dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak dibidang alam dan lapangan kebebasan dibidang tingkahlaku manusia.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memaduakan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat selalu dijadikan tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi nyata, tetapi “tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.[6]
Dengan demikian, rasionalisme dan empirisme seharusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian maka kemungkinana akan lahir aliran baru yaitu Rasionalisme empiris.
 
BAB III
PENUTUP

Filsafat Immanuel Kant yaitu kritisisme merupakan aliran filsafat yang menggabungkan antara aliran filsafat sebelumnya yaitu Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan Empirisme yang dipelopori oleh David Hume. Kant mempunyai beberapa karya yang sangat penting yaitu kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan, pada taraf indra, pada taraf akal budi, pada taraf rasio. Beberapa karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung pedoman-pedoman berfikir yang rasional dan empiris.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Bakker,Dr. 1986. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia
Abdul Hakim Atang,Drs dan Ahmad Saebani Beni,Drs. 1984. Filsafat Umum dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
http://ozziexdanuarta.blogspot.com/2009/10/kritisisme-filsafat-ilmu.html




[1] Anton, Bakker,Dr. 1986. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia, hal.87
[2] Anton, Bakker,Dr. 1986. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia, hal.88
[3] Abdul Hakim Atang,Drs dan Ahmad Saebani Beni,Drs. 1984. Filsafat Umum dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, hal.280
[4] http://ozziexdanuarta.blogspot.com/2009/10/kritisisme-filsafat-ilmu.html

[5] http://ozziexdanuarta.blogspot.com/2009/10/kritisisme-filsafat-ilmu.html

[6] Abdul Hakim Atang,Drs dan Ahmad Saebani Beni,Drs. 1984. Filsafat Umum dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, hal.288


MODEL PEMBANGUNAN KULTURAL


PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Persoalan kebudayaan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan.   Kebudayaan terkait dengan persoalan karakter dan mental bangsa yang menentukan keberhasilan pembangunan di Indonesia. Apabila mental dan karakter bangsa yang cenderung destruktif dan koruptif tentunya tujuan pembangunan akan sulit terlaksana, begitu pula sebaliknya. Di sisi lain pembangunan multisektor lainnya juga membutuhkan peranan kebudayaan untuk mendukung suksesnya program-program yang akan dijalankan. Seringkali timbul permasalahan, ketidakberhasilan sasaran program yang dijalankan di daerah disebabkan oleh kurangnya dukungan dari faktor budaya masyarakat tertentu.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 mengamanatkan bahwa arah kebijakan pembangunan kebudayaan antara lain adalah untuk  mewujudkan masyarakat Indonesia yang bermoral, beretika dan berbudaya, ditandai oleh (a) terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, dan bermoral tinggi yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, dan berorientasi iptek; dan (b) makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya peradaban, harkat dan martabat manusia Indonesia, dan memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa. Di samping itu menurut Prof Soerjanto, pembangunan kebudayaan di Indonesia harus mampu menumbuhkan nilai-nilai kebudayaan antara lain (1) Pertumbuhan ekonomi, (2) Pertumbuhan diri, (3) Solidaritas bangsa, (4) Pemerataan, (5) Partisipasi masyarakat, (6) Otonomi, (7) Keadilan sosial, (8) Keamanan, dan (9) Keseimbangan lingkungan.
Kebudayaan untuk kesejahteraan masyarakat
Terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 mengajarkan kepada kita bahwa pembangunan Indonesia yang bertumpu pada aspek pertumbuhan ekonomi saja ternyata keliru. Kejayaan ekonomi Indonesia mengalami kehancuran terkena krisis akibat lemahnya pondasi yang menyangga perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia yang dibangun dengan semangat KKN tidak kuat menerima terpaan krisis yang berawal dari krisis mata uang Thailand. Model pembangunan ala Pemerintah Orde Baru  yang terlihat kuat di luar tetapi rapuh di dalam memberikan pelajaran berharga bagi pengambil kebijakan ke depan agar tidak mengabaikan perhatiannya terhadap pembangunan sektor lainnya, khususnya sektor kebudayaan.
Kebudayaan  Indonesia berkaitan dengan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya masyarakat yang tinggal mendiami wilayah Indonesia. Kebudayaan Indonesia yang terbentuk dari ratusan budaya daerah memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan negara lain. Di sini ditemukan ratusan adat istiadat, kesenian, dan bahasa sukubangsa yang berbeda-beda, yang merupakan  potensi untuk dikembangkan dalam proses pembangunan ke depan terutama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin.  
Terkait dengan aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat, ada dua model pendekatan. Pertama dilihat dari sisi peningkatan kesejahteraan lahir, kebudayaan bisa dikembangkan dalam rangka mendukung timbulnya pariwisata yang ujung-ujungnya masyarakat akan memperoleh dampak ekonomi secara langsung. Selain itu pula dengan munculnya industri kreatif yang berbasis budaya lokal juga mendorong Usaha Kecil Masyarakat untuk tumbuh dan berkembang di wilayah pedesaan. Kedua dilihat dari segi peningkatan kesejahteraan batin,  pembangunan kebudayaan mampu menumbuhkan nilai-nilai kesetiakawan sosial, nasionalisme, cinta terhadap budaya sendiri,  toleransi, ramah, sopan santun, dan toleransi tinggi. Dalam hal ini pembangunan kebudayaan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan pendidikan. Gambaran untuk membentuk manusia Indonesia yang kreatif, berkarakter, dan produktif merupakan keterpaduan antara pembangunan di bidang pendidikan dan kebudayaan.  
Pembangunan kebudayaan salah satu sektor penting yang musti dilaksanakan untuk kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu ke depannya seluruh stakeholder kebijakan (Pemerintah Pusat dan Daerah) perlu memperhatikan aspek kebudayaan untuk dijadikan landasan kebijakan dalam melaksanakan programnya masing-masing. Di samping itu pula peranan masyarakat dituntut aktif dalam pembangunan kebudayaan karena tanpa partisipasi masyarakat pelaksanaan pembangunan kebudayaan tidak dapat berhasil dengan sukses.
Daftar Pustaka
Nina Sardjunani. 2008. Kebijakan Pembangunan Kebudayaan di Indonesia. Dalam Kumpulan Makalah Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia 2008 dan Pertemuan Ikatan Arkeologi XI. Solo
Darwis A. Soelaiman. 1994. Strategi Kebudayaan dan Strategi Pendidikan. Dalam Kumpulan Makalah Penunjang Simposium Nasional Cendekiawan Muslim. Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia. Jakarta




PERIKLANAN


Periklanan

Definisi Periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan komunikasi iklan, iklan luar  ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan
di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan  radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet,edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
2. Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 
3. Deskripsi atau  presentasi  dari  produk,  ide  ataupun  organisasi  untuk  membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat atas suatu  hal.
    
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka subsektor industri periklanan dapat didefinisikan tentang suatu produk, jasa, ide, sebagai industri jasa yang mengemas bentuk komunikasi bentuk promosi, informasi: layanan masyarakat, individu maupun  organisasi yang diminta oleh pemasang iklan (individu,organisasiswasta /pemerintah) melalui media tertentu (misal: televisi, radio, cetak, digital signage, internet) yang bertujuan untuk mempengaruhi, atau sepakat atas hal membujuk target individu/masyarakat untuk membeli, mendukung yang ingin dikomunikasikan.




SEJARAH PERIKLANAN INDONESIA
Dalam Dari Redaksi pada Januari 7, 2008 oleh Vinsensius
Harus diakui, bahwa tokoh periklanan pertama di Indonesia adalah Jan Pieterzoon Coen, orang Belanda yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1619-1629. Toko ini bukan hanya bertindak sebagai pemrakarsa iklan pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai pengiklan dan perusahaan periklanan. Bahkan dia pun menjadi penerbit dari Bataviasche Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal.
Iklan pertama yang diprakarsainya berupa pengumuman-pengumuman pemerintah Hindia Belanda berkaitan dengan perpindahan pejabat terasnya di beberapa wilayah. Namun dengan penerbitan suratkabar pertama yang memuat iklan itu, Jan Pieterzoon Coen membuktikan, bahwa pada hakekatnya untuk produk-produk baru, antara berita dan iklan tidak ada bedanya. Atau, bahwa berita pun dapat disampaikan dengan metode dan teknik periklanan. Kenyataan itu membuktikan pula, bahwa iklan dan penerbitan pers di Indonesia, sebenarnya lahir tepat bersamaan waktunya, dan keduanya saling membutuhkan atau memiliki saling ketergantungan.
DOMINASI EROPA
Lepas dari kenyataan itu, karena orang-orang Eropa yang pertama memiliki suratkabar di masa Hindia Belanda, maka dengan sendirinya bahasan mengenai tokoh-tokoh periklanan di Indonesia pun akan bertolak dari para warga negara asing ini. Lebih lagi, karena di masa Hindia Belanda, memang belum ada pemisahan yang jelas antara fungsi-fungsi penerbit, percetakan dan perusahaan periklanan. Antara tahun 1868-1912, di Batavia saja, orang-orang Eropa ini telah memiliki 14 penerbitan pers.
Karena di masa itu setiap percetakan hanya mencetak satu penerbitan pers, maka berarti terdapat jumlah yang sama percetakan pers yang dimiliki oleh orang-orang Eropa atau keturunan Eropa. Penerbitan-penerbitan ini bervariasi dari yang berkala harian, mingguan, dwimingguan maupun bulanan.
Di luar Batavia, tercata 6 suratkabar yang terbit di Surabaya dan satu di Jawa Tengah. Ini pun semuanya dimiliki dan dikelola oleh orang-orang Eropa. Pada perusahaan-perusahaan periklanan milik orang-orang Eropa itu, memang banyak juga dipekerjakan orang-orang Cina atau pribumi.
Tetapi dua kelompok terakhir ini hanya sebagai copywriter (penulis naskah) untuk perusahaan periklanannya, atau tenaga keredaksian di penerbitan pers mereka. Setelah orang-orang Eropa, orang-orang Cina atau keturunan Cina menjadi kelompok yang paling dominan menguasai periklanan. Sedangkan kelompok pribumi umumnya tidak memiliki sendiri percetakan atau penerbitan pers, ataupun hanya mengelola perusahaan-perusahaan periklanan yang relatif kecil.
TIGA SERANGKAI
Praktisi periklanan sebagai tenaga spesialis yang khusus didatangkan dari Belanda yang terkenal di zamannya adalah “tiga-serangkai”; F. Van Bemmel, Is. Van Mens dan Cor van Deutekom. Mereka ini didatangkan atas biaya BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) dan General Motors yang perlu mempromosikan produk-produk mereka. Ketiga orang ini bergabung dalam Aneta, perusahaan periklanan terbesar saat itu. Pada tahun 1901 salah satu dari anggota tiga-serangkai ini, Bemmel, diminta oleh redaktur suratkabar De Locomotief untuk mengelola perusahaan periklanan milik suratkabar tersebut, yang juga bernama De Locomotief. Suratkabar De Locomotief sendiri terbit sejak tahin 1870 di Semarang. Tahun 1902, hanya satu tahun sejak kedatangannya ke Batavia, Bemmel hengkang untuk mendirikan perusahaan periklanan sendiri. Perusahaan periklanan ini diberinya nama NV Overzeesche Handelsvereeniging. Perusahaan periklanan ini utamanya menangani produk-produk impor, seperti mobil dan sepeda.
Pada tahun 1910 Bemmel kembali ke negeri Belanda. Tidak diketahui alasan kepindahannya itu, namun di negeri Belanda ia kemudian berganti profesi. Uang yang dihimpunnya selama memiliki perusahaan periklanan di Hindia Belanda rupanya cukup untuk mendirikan sebuah bank. (65)
(65) Short History of Journalism in the Dutch East Indies, G. Koff & Co., Sourabaya-Java,        hlm. 118-119
DARI AHLI PEMASARAN
Tokoh bangsa Belanda lain yang juga banyak disebut dalam sejarah periklanan adalah CA Kruseman, seorang ahli Pemasaran lulusan sekolah dagang Osnabruck, Rotterdam. Orang iklan ini penglola perusahaan periklanan HM van Dorp yang sekaligus juga pemilik percetakan suratkabar Java-Bode. Sebagaimana Bemmel, Kruseman juga didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Sebagai seorang ahli pemasaran, tentu saja tidak sulit bagi Kruseman untuk memajukan perusahaan periklanan van Dorp. Produk-produk yang ditanganinya antara lain adalah jasa transportasi, perhotelan, arloji serta olahraga pacuan kuda. Selama memimpin van Dorp, ia berhasil menjual iklan senilai f. 100.000. jumlah tersebut sudah dianggap sangat besar, untuk masa itu.
Selesai bertugas di Hindia Belanda, Kruseman sempat kembali ke Rotterdam tahun 1906. Tetapi kemudian dia diangkat kembali untuk memimpin van Dorp di Hindia Belanda, hingga saat meninggalnya tahun 1909 di Batavia.
AWAL TOKOH CINA KETURUNAN
Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki dan dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yang melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yang ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan.
Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yang memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya suratkabar Sinar Terang.
Iklan-iklan yang ditangani Yap Goan ho kebanyakan untuk produk buku. Khususnya yang diterbitkan untuk masyarakat Cina. Setelah ditutupnya Sinar Terang, Yap Goan Ho kembali berusaha mengembangkan sendiri perusahaan periklanannya. Untuk itu dia mengumpulkan modal dari bekerja mencari iklan bagi beberapa suratkabar. Dia mengkhususkan diri pada iklan-iklan pelelangan barang milik para pejabat Belanda. Kebanyakan barang-barang milik para pejabat yang akan mengakhiri masa jabatannya di Hindia Belanda. Iklan-iklan pelelangan ini utamanya ditujukan pada khalayak pribumi, dan sebagian besar dimuat di suratkabar De Locomotief.
DARI LUAR JAWA
Tokoh Cina keturunan lain adalah Liem Bie Goan. Seperti juga Yap Goan Ho, perusahaan periklanan Liem Bie Goan juga dikontrak oleh suratkabar. Suratkabar yang mengontraknya adalah Pertja Barat yang terbit di Padang tahun 1890-1912. Iklan yang menonjol dari perusahaan periklanan ini adalah produk pecah belah. Khalayak sasarannya adalah penduduk Eropa yang tinggal di Hindia Belanda.
Dari luar Jawa tercata juga nama Kadhool sebagai tokoh lain periklanan. Seperti Yap Goan Ho, dia juga mantan penulis naskah di perusahaan periklanan De Locomotief. Kadhool sekolah di Hwee Koan, Cina. Perusahan periklanannya bernama Firma Tie Ping Goan, namun dikelola dan dimiliki sendiri oleh Kadhool. Tidak ada catatan mengapa nama perusahaan periklanan ini tidak menggunakan namanya. Di duga, Tie Ping Goan adalah nama lain dari Kadhool. Iklan-iklan Tie Ping Goan umumnya dipesan oleh suratkabar Tjaja Sumatra yang terbit dari tahun 1899-1933 di Sumatera Timur (sekarang Riau).
Produk-produk yang ditangani perusahaan periklanan Kadhool kebanyakan hotel-hotel di sekitar Bandung. Bagi masyarakat Belanda masa itu, daerah Bandung dikenal sebagai Parisj van Java (Paris-nya Pulau Jawa), sehingga menjadi tempat peristirahatan sangat bergengsi bagi para pengusaha perkebunan Eropa yang tinggal di Sumatera.
Tie Ping Goan bertahan hingga terjadinya depresi ekonomi tahun 1930. Rintisan yang banyak dilakukan oleh kelompok Cina keturunan ini, menurut F. Wiggeres yang menulis dalam Pemberita Betawi, 1909, karena merekalah yang sangat mementingkan perdagangan. Untuk dapat lebih berhasil, kata Wiggeres pula, perdagangan tidak bisa lepas dari kebutuhan periklanan.
PRAKTISI PRIBUMI
Orang pribumi yang memiliki percetakan dan suratkabar, baru pada tahun 1906 dengan munculnya NV Medan Prijaji. Tiras suratkabar yang dipimpin oleh RM Tirto Adisoerjo ini utamanya beredar di Batavia, Bogor dan Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi politik, karena banyak memuat berita-berita tentang kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan hukum bagi kaum pribumi. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga perusahaan periklanan. Orang yang mengelola perusahaan periklanan Medan Prijaji adalah Raden Goenawan.
Raden Goenawan, lulusan HIS (Holland Inlandsche School), Batavia, menjadi teman dekat Tirto Adisoerjo sejak di sekolah itu. Selain dalam jabatan tersebut, Adisoerjo dan Raden Goenawan juga merangkap bersama-sama menangani bidang percetakan Medan Prijaji. Suratkabar ini mereka beri nama kecil Surat Kabar Minggoean dan Advertentie.
Raden Goenawan juga pernah bekerja di perusahaan periklanan NV Soesman’s yang berkedudukan di Batavia. NV Soesman’s banyak mengiklankan penyediaan tenaga kerja pendatang dari Jawa ke Sumatera Timur.
Raden Goenawan mengelola perusahaan periklanan Medan Prijaji sejak berdirinya tahun 1906. Meskipun hanya mampu bertahan hingga tahun 1912, Medan Prijaji tercatat memperoleh keuntungan sebesar f.75.000 pada tahun terakhir hidupnya.
MERAMBAH DUNIA TOKOH-TOKOH PRIBUMI
Tokoh periklanan pribumi yang sangat patut diperhitungkan adalah Tjokroamidjojo. Dia memimpin NV Handel Maatschppij dan Drukkerij “Serikat Dagng Islam”, Semarang, yang menerbitkan suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar ini merupakan suratkabar pribumi yang dapat bertahan agak lama (1914-1924).
Karir Tjokroamidjojo dimulai dengan bekerja sebagai pembantu redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906. Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan dan percetakan di Semarang.
Perusahaan periklanan Sinar Djawa tercatat sebagai satu-satunya perusahaan periklanan di Hindia Belanda yang mempunyai “agen besar” (perwakilan) untuk benua Eropa dan Amerika. Perwakilan ini berkedudukan di Societie Europeenne de Publicitie, 10 Rue de la Victoire, Paris. Fungsi perwakilan ini pun cukup efektif dan bersifat timbal-balik. Yang utama adalah untuk menangani komoditas impor dari Eropa dan Amerika. Namun juga untuk mengiklankan tour keliling Jawa dengan kereta api, ataupun hotel-hotel Eropa di Hindia Belanda.
Laba usaha Sinar Djawa mengalami pasang surut. Merosot pada tahun 1915-1916, akibat terkena dampak Perang Dunia I, sehingga hanya mencapai f. 25.000 pada periode ini. Padahal pada tahun sebelumnya telah mencapai f. 45.000. Sepanjang kepemimpinan Tjokroamidjojo hingga tahun 1924, Sinar Djawa berhasil menggaet total keuntungan senilai f. 200.000,-.
SPESIALIS IKLAN BUKU JAWA
M.Sastrositojo adalah pemilik dan pengelola perusahaan periklanan NV Medan Moeslimin. Perusahaan periklanan ini mengkhususkan diri pada iklan-iklan produk buku, terutama buku-buku yang dicetak oleh Albert Rusche & Co.. Buku-buku yang diiklankannya pun khusus beraksara Jawa. Kebijaksanaan mengkhususkan pada iklan-iklan buku ini dilakukan, untuk menyesuaikan diri dengan suratkabar Medan Moeslimin yang memang dikhususkan untuk pembaca orang Jawa yang baru melek huruf. Itu pun terbatas pada bacaan yang menggunakan aksara Jawa.
Misi yang diemban Medan Moeslimin tampaknya tidak dapat sepenuhnya ditunjang dari penghasilan usaha periklanan. Karena tercatat adanya dukungan keuangan dari beberapa perusahaan batik di Solo. Salah satu pendukung utama keuangannya adalah perusahaan batik milik Hadji Misbach. M. Sastrositojo adalah lulusan HIS, yang kemudian magang selama 2 tahun di perusahaan periklanan NV Doenia Bergerak, sebagai penulis naskah iklan.
PENGELOLA IKLAN ASOSIASI
Pemilik dan pengelola lain perusahaan periklanan dari kelompok pribumi adalah Abdoel Moeis. Ia memimpin perusahaan periklanan NV Neratja yang terutama mengiklankan perusahaan-perusahaan gula. Neratja memang merupakan organ dari Suikersindicaat (asosiasi pabrik gula) Hindia Belanda.
Hasil usaha Neratja digunakan juga untuk mendirikan perusahaan periklanan dan perusahaan penerbitan di Sumatera Timur. Tetapi dampak depresi ekonomi tahun 1930 kemudian juga ikut membunuh kedua perusahaan ini.
Abdoel Moeis memulai karir di dunia cetak-mencetak sejak tahun 1915 pada suratkabar Oetoesan Hindia, sebagai tenaga pembantu redaksi. Ia adalah lulusan HBS (Hollandsche Burger School) dan menjadi pimpinan Neratja sejak tahun 1917.
PAKAR IKLAN PASCA DEPRESI
Pulihnya kembali usaha periklanan didorong oleh prakarsa perusahaan-perusahaan Belanda. Mereka memberi beberapa kelonggaran kepada perusahaan-perusahaan percetakan untuk mempromosikan produk-produk impor dari Eropa maupun yang diproduksi di Hindia Belanda sendiri. Yang pertama mampu memanfaatkan peluang ini adalah Liem Kha Tong. Dia sekaligus menjadi pelopor bangkitnya kembali periklanan pasca depresi di Hindia Belanda. Liem Kha Tong mendirikan perusahaan periklanan Handels & Credietbescher-Ming Bureau yang berkantor di Batavia. Untuk menggugah bangkitnya kembali minat masyarakat untuk beriklan, perusahaannya sendiri kemudian memasang iklan. Naskah iklannya sangat terkenal, berbunyi:

Toekang iklan bikin reclame
Toekang sajoer bikin reclame
Post kantoor perloe reclame
Kantoor telefon perloe reclame
Bank-bank perloe djoega reclame
Apa toean sadja tidak perloe?
Sebagai seorang pakar pemasaran saat itu, Liem Kha Tong juga memanfaatkan penerbitan-penerbitan untuk memuat tulisan-tulisannya mengenai periklanan. Berikut ini adalah bagian dari salah satu tulisannya. Di bawah judul “Advertentie (periklanan) dan Perdagangan”. Dia antara lain menyatakan:
Advertentie poenja kaperloean soedah kentara,
kerna advertentie perloenja boeat perkenalken barang-barang dagangan kita pada publiek. Kaloe barang jang kita dagangken tidak dikenal, bagaimana bisa dapatken pembeli?
Liem Kha Tong juga mengajarkan, bahwa pemilihan media yang digunakan harus sejalan dengan pesan iklan yang akan dimuat. Dia menjelaskan teori Ekonomi; Permintaan dan Penawaran, dan juga masalah-masalah distribusi suatu produk. Dia tampaknya merupakan tokoh yang juga banyak membaca. Tulisan-tulisannya selalu mengacu kepada tokoh-tokoh Pemasaran zaman itu. Termasuk dari Mr. AR. Zoccol, Direktur Parker Pen Company yang perusahaannya tetap mampu bertahan dalam amukan depresi tahun 1930.
Tahun 1933, perusahaan periklanan Ming yang dipimpin Liem Kha Tong berhasil meraih laba senilai f. 50.000.
YANG SUKSES DI BANDUNG
Joedoprajitno tercatat sebagai tokoh periklanan yang menonjol di Bandung. Karier pemilik dan pengelola perusahaan periklanan Jupiter ini dimulai ketika ia berusia 15 tahun di Mathew Rose, sebuah perusahaan batik dai Pekalongan. Perusahaan batik ini ditutup pada tahun 1930 karena bangkrut. Pada tahun yang sama Joedoprajitno mengambil ahli perusahaan tersebut beserta seluruh persediaan barangnya senilai f.40.000. Dua tahun kemudian baru ia mendirikan Jupiter. Kiat sukses bisnisnya yang terkenal dimuat di harian Sipatahoenan edisi 3 Juni 1936, yaitu:
Sikap sombong diboewang djaoe-djaoe;
Haroes poenjaken Kesabaran dalem segala hal;
dan Dengan apa kaoe aken bisa naek di tangga doenia.
Laba usaha yang berhasil diraihnya pada tahun 1935 tercatat f. 100.000.
MEMBERI KIAT DI MASA RESESI
Tokoh periklanan yang juga menonjol adalah S. Soemodihardjo yang memimpin perusahaan periklanan Economie Blad. Karirnya dimulai tahun 1921, sebagai pimpinan bidang Pemasaran pada perusahaan batik ayahnya di Solo. Delapan tahun kemudian pindah ke Batavia menjadi penulis naskah iklan pada suratkabar Keng Po.
Konsep dan pengalamannya tentang periklanan dan pemasaran kerap dimasyarakatkannya. Ia menjadi tokoh pelawan arus, banyak menentang kecenderungan yang terjadi di antara para praktisi pemasaran dan periklanan. Dalam hal periklanan, ia sering berbicara tentang “periklanan” sebagai suatu ilmu pengetahuan yang “baru” untuk mencapai ekonomisasi yang tinggi. Dalam hal pemasaran, dia mengingatkan para pemasar (marketer), bahwa menurunkan harga tidak selalu merupakan tindakan yang benar dalam pemasaran. Alasannya, karena menurunkan harga dapat menimbulkan persepsi di antara calon konsumen akan turunnya pula mutu produk, dan sangat membahayakan tujuan pemasaran dalam jangka panjang.
Pada saat itu memang terjadi kecenderungan dari banyak produk untuk menurunkan harga, dan berhenti atau mengurangi anggaran periklanan, karena melesunya pasar sebagai dampak dari awal depresi yang terjadi.
PENCIPTA SLOGAN PERJUANGAN
Tokoh periklanan di tahun 1930-an adalah Hendromartono pemilik dan pengelola perusahaan periklanan Mardi Hoetomo di Semarang. Di daerahnya, ia terkenal sebagai praktisi yang merintis terciptanya iklan-iklan yang memberi nilai tambah pada produknya.
Hendromartono banyak belajar dari periklanan di luar negeri dan termasuk pakar periklanan yang aktif menulis di media cetak. Dia memulai karirnya tahun 1928, dan dua tahun kemudian menjadi staf ahli di perusahaan periklanan De Locomotief. Dia mendirikan perusahaan periklanan Mardi Hoetomo tahun 1933.
Hendromartono tampaknya menjadi praktisi periklanan yang juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Dia yang menciptakan slogan “Boeng, Ayo Boeng’ pada tahun 1942. Mungkin karena hal tersebut dia harus menutup perusahaan periklanannya pada tahun 1942, ketika terjadi penyerbuan tentara Jepang. Slogan tersebut kemudian (tahun 1950) digunakan oleh salah satu perusahaan rokok di Jawa Timur.
KETUA PBRI PERTAMA
Muhammad Napis. Tokoh ini adalah Ketua PBRI (Persatuan Biro Reklame Indonesia) sejak 1956 hingga 1972. Dia memegang jabatan tersebut untuk melanjutkan tugas yang sejak tahun 1949 masih dijabat oleh orang Belanda.
Selain sebagai aktivis asosiasi, dia juga adalah praktisi sejati. Pada tahun 1952, di usia 27 tahun, dia sudah mendirikan perusahaan periklanan CV Bhinneka Advertising Services, sekaligus memegang jabatan Direktur Utama hingga tahun 1972. Situasi makro saat itu memaksanya untuk menutup “firma” ini. Sebagai gantinya dia mendirikan sebuah perseroan terbatas yang diberinya nama Advertising Inter Media (AIM), dan tetap sebagai Direktur Utama hingga tahun 1978.
Seperti juga kebanyakan tokoh periklanan lama, dia juga tidak mempunyai pendidikan formal di bidang periklanan. Meskipun demikian dia sempat memperoleh kursus periklanan dari Stichting voor Reclame (yayasan periklanan) Jakarta tahun 1956 dan mengikuti program pendidikan tertulis Marketing and Advertising dari Alexander Hamilton Institue, New York, tahun 1971.
Hingga sekarang, tokoh yang lahir tanggal 7 Juli 1925 ini masih memegang beberapa jabatan penting di dalam asosiasi masyarakat periklanan. Antara lain, Direktur Eksekutif PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), tahun 1980-1983; General Manager BPPP (Badan Penyalur dan Pemerataan Periklanan) Pusat, sejak 1981; Sekretaris Tetap Komisi Tata-Krama dan Tata-Cara Periklanan Indonesia, sejak 1981; dan Ketua Pelaksana Harian Badan pengawas Tata-Krama dan Tata-Cara Periklanan PPPI, sejak 1992.
TOKOH PERIKLANAN MODERN
Perintis periklanan ini bernama Nuradi. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang Indonesia pertama
yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan Hongkong.
Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd..
MERINTIS PERIKLANAN DI TV
Keberadaan TV sebagai media baru di Indonesia sejak bulan Agustus 1962, telah merangsang Nuradi untuk juga menjadikannya wahan periklanan. InterVisa tercatat sebagai perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI. Tahun 1963, tiga iklan pertama (yang masih berbentuk telop) di media ini, adalah untuk klien-klien berikut:
  • Hotel Tjipajung, yang kebetulan milik ayahnya sendiri.
  • PT Masayu, produsen alat-alat berat dan truk.
  • PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu, sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan InterVista.
Setahun setelah itu, muncul iklan skuter Lambretta. Tetapi kali ini, sudah digunakan bentuk slide, yang juga merupakan rintisan saat itu. Iklan Lambretta pun merupakan iklan pertama yang diproduksi untuk dapat ditampilkan di bioskop-bioskop. Ini merupakan prestasi tersendiri pula bagi InterVista.
Menurut Nuradi, kekuatan InterVista terletak justru pada akar budidaya Indonesianya. Pendapat ini mungkin benar, kalau kita perhatikan beberapa slogan yang diciptakan InterVista, seperti:
  • Produk susu kental manis; Indomilk …. sedaaap.
  • Produk bir; Bir Anker. Ini Bir Baru, Ini Baru Bir.
  • Produk rokok putih; Makin mesra dengan Mascot.
  • Produk skuter; Lebih baik naik Vespa.
Periode tahun 1963-1967 InterVista juga tercatat sebagai perusahaan periklanan pertama yang melakukan adaptasi terhadap film iklan yang berbahasa Inggris, meskipun proses produksi akhirnya masih dikerjakan di Singapura. Bahkan pada periode ini, InterVista sudah memiliki sendiri sutradara untuk membuat film-film iklan para kliennya. Salah satu film iklan yang sangat sukses saat itu adalah iklan Ardath.
KERJASAMA DENGAN ASING
Meskipun InterVista dianggap sebagai perusahaan periklanan modern pertama di Indonesia, namun ia ternyata bukanlah yang pertama melakukan kerjasama dengan perusahaan periklanan asing. Karena tahun 1960, Franklyn, perusahaan periklanan milik orang Belanda yang kemudian berganti nama menjadi Bhineka, sudah bekerjasama dengan Young & Rubicam, salah satu perusahaan periklanan raksasa dari Amerika.
Mengenai kerjasama dengan asing ini Nuradi merupakan salah satu tokoh yang sangat kuat mempertahankan ke-Indonesia-annya. “Ini bisa mengantjam pertumbuhan pers nasional”, katanya, dan “biro-biro iklan internasional yang berkeliaran di Jakarta dalam waktu dekat bisa memaksa pers di Indonesia mendjadi sematjam djuru-bitjara kaum industrialis besar”, lanjutnya.*( Majalah Tempo, 25 Maret 1972. )
Pada saat itu, memang terjadi semacam gelombang “anti biro iklan asing” pada banyak perusahaan periklanan nasional. Peraturan Pemerintah yang melarang masuknya modal asing dalam industri periklanan pun sudah ada. Namun penggunaan tenaga asing masih dimungkinkan, meskipun terbatas pada tiga jabatan saja. Jabatan-jabatan yang dianggap belum sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ini adalah Advertising Consultant (konsultan periklanan di perusahaan periklanan), Advertising Technical Adviser (penasehat teknis di perusahaan periklanan), dan Advertising Manager (manajer periklanan di perusahaan pengiklan).
Ironisnya, pada era-globalisasi dan meredanya “gelombang anti perusahaan periklanan asing” saat ini, justru jabatan Technical Adviser merupakan satu-satunya jabatan yang masih diijinkan. Mungkin suatu indikasi terjadinya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia dalam industri periklanan nasional.
Selain Bhineka, perusahaan periklanan Fadjar Kamil juga menjalin kerjasama dengan Mc Cann-Erickson, perusahaan periklanan raksasa lain, yang juga dari Amerika Serikat. Namun sulitnya memperoleh tenaga terlatih, kemudian telah memaksa pula Nuradi dengan InterVisa-nya melunakkan sikap untuk bekerjasama dengan perusahaan asing. Kebetulan, dia memilih Mc Cann-Erickson juga sebagai mitranya. Sukses Nuradi, membawa InterVisa nyaris ke puncaknya, meskipun bukan dalam hal omset*. Nuradi patut merasa bangga, bahwa InterVista tercatat sebagai perusahaan periklanan yang sangat disegani, dan unggul dalam hal mutu karya-karyanya.
Nuradi menduga, hingga awal tahun 1970, urutan peningkat omset perusahaan-perusahaan
periklanan adalah; Lintas, indo-Ad, Matari dan InterVista sendiri.

(Sumber: http://www.pppi.or.id )