1. Apa
pengertian orientalisme?
2. Apa
dan siapa orientalisme ?
3. Apa
sebab – sebab munculnya orientalisme?
4. Apa
ruang lingkup orientalisme ?
5. Bagaimana
sikap dan kewajiban kita selaku orang
muslim terhadap orientalisme?
JAWAB
1. Orientalisme adalah istilah yang merujuk pada peniruan atau
penggambaran unsur-unsur
budaya Timur di Barat oleh para penulis, desainer, dan seniman.
2.
Orientalisme dalam
Kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan tentang ketimuran atau tentang
budaya ketimuran. Sementara itu dalam buku “Buhûst Fi at Tabsyîr Wa al
Istisyrâq” (Pembahasan Tentang Misionarime dan Orientalisme) karangan Dr.
Hasan Abdur Rauf, disebutkan bahwa kata ‘Orientalisme’ secara umum diberikan
kepada orang-orang non-Arab yang mempelajari ilmu-ilmu tentang ketimuran, baik
itu dari segi bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadatnya. Orang yang
mempelajari ilmu itu disebut Orientalis. Khususnya orang-orang yang mempelajari
tentang dunia Arab, China, Persia dan India. Dari pemaknaan di atas mungkin akan timbul pertanyaan, apakah orang
Indonesia yang mempelajari tentang ketimuran bisa disebut Orientalis? Dosen
Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar itu buru-buru membatasi, bahwa
sebutan Orientalis diberikan kepada setiap ilmuwan Barat yang mempelajari
segala sesuatu tentang ketimuran. Utamanya, istilah Orientalis diberikan kepada
orang-orang Nasrani yang ingin mempelajari ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab
3.
Ada banyak hal yang
menjadi penyebab lahirnya Orientalisme menurut para peneliti kajian ketimuran.
Tetapi penting untuk kita ketahui apa sebab-sebab utama dan faktor pendukung
munculnya Orientalisme.
A. Perang Agama
B. Kolonialisme
C. Politik
D. Ekonomi
E. Sumber Ilmu
4. Ruang lingkup yaitu: “hal-hal
yang menyangkut bangsa-bangsa di dunia Timur beserta lingkungannya”, sehingga
meliputi seluruh bidang kehidupan dan sejarah bangsa-bangsa di dunia Timur.
Sekedar ilustrasi dapat dibayangkan kegiana penyelidikan tersebut secara garis
besar pada berbagai bidang, yaitu bidang kepurbakalaan (archeology),
sejarah (history), bahasa (lingusitics), agama (religion),
kesusateraan (literatures), keturunan (ethnology), adat
istiadat (customs), kekuasaan (politik), kehidupan (ekonomi),
lingkungan (fauna dan flora), dan lain-lain.
5. Pertama, adanya sekeolompok ulama, pemikir dan peneliti yang spesialisasi
pekerjaannya adalah menulis tentang tema-tema ilmiyah, kemudian
mempersembahkannya untuk umat Islam secara keseluruhan. Dengan perspektif dan
sudut pandang yang sesuai dengan ajaran Islam
Kedua, hendaknya karya ilmiah ini benar-benar memenuhi syarat-syarat karya
ilmiah dan jauh dari kesalahan. Mulai dari segi kebenaran tulisan, pengkajian
yang luas dan analisa yang dalam. Serta tepat dengan sumber-sumber referensi
yang menjadi rujukannya.
Ketiga, ulama, pemikir dan peneliti tadi hendaknya mempublikasikan
karya-karya Orientalis dan memberikan kritikan secara ilmiah. Kemudian
memberikan penjelasan kepada pelajar, mahasiswa atau masyarakat tentang
kebatilan dan kesalahan-kesalahan berpikir para Orientalis dengan tetap
bersikap obyektif dan tawadhu’.
Keempat, bagi lembaga-lembaga dakwah atau kajian ilmiah menerbitkan
majalah-majalah yang berkaitan tentang Orientalisme dan Oksidentalisme (kajian
tentang Barat) untuk menyeimbangi media-media Barat yang mendeskreditkan Islam.
Kelima, upaya pemurnian kembali tentang Turâst (peninggalan) Islam
dan pengetahuannya dari berbagai syubhat. Terutama kajian tafsir Qur’an yang
mulai terdistorsi oleh pemikiran dan metodologi Hermeunetika yang berasal dari
Barat.
Kelima sikap dan kewajiban ini merupakan tanggung jawab kita selaku Muslim
dan kita hendaknya selalu berdoa ada banyak jiwa-jiwa yang tergerak untuk
selalu meninggikan agama ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar