BAB 1
PENDAHULUAN
Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kejalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka kejalan yang lurus.(Q.S. Al-Maa’idah [5]: 16).
Alkisah,
terdapatlah seorang pengembara yang terbangun dari keadaan tidak sadar dan
mendapati dirinya di tengah hutan. Dia tidak tahu di mana ia berada, dari mana
dia berasal, siapa dia, dan untuk apa dia ada di hutan itu. Yang dia tahu
adalah bahwa dia berada di sebuah hutan belantara, dikelilingi belukar lebat,
pepohonan, binatang liar, dan tanpa ada seorang manusiapun untuk tempat
bertanya. Di sekitar tempat dirinya terbangun, tidak dia menemukan apapun yang
bisa mengingatkan dirinya akan asal-usulnya, dan kenapa dia ada ditempat itu.
Seiring
waktu berjalan, dia mencapai titik lelah untuk mencari siapa dirinya, dan
kenapa dia berada di tempat itu. Akhirnya, yang lakukan dia dalam keseharian
hanyalah bertahan hidup, tanpa tujuan dan arah yang pasti. Hingga suatu ketika
datang seseorang yang mengaku sebagai utusan maha raja, yang menerangkan jati
dirinya melalui sebuah surat dari sang raja, bahwa dia adalah seorang pangeran,
yang berada dari suatu negeri, diutus ke tempat ini untuk mencari harta karun.
Buktinya adalah secarik kertas kecil yang diselipkan di bajunya, berisi catatan
tentang siapa dia dan misi apa yang dia bawa di hutan.
Cerita
pengembara di atas, jika dianalogikan atau diandaikan dengan kehidupan kita
sebagai manusia ibarat ‘pengembara’ yang hidup di ‘hutan’ dunia. Seandainya
saja tidak ada ‘utusan’ yang membawa petunjuk, tentulah kita akan tersesat dan
kebingungan dalam mengarungi hidup ini. Sebgaimana mereka yang tidak beriman
seperti kaum materialis, atheis, dan hedonis yang hidup dalam kesesatan. Maka
bersyukurlah kita yang mendapatkan petunjuk dari utusan Allah yaitu Muhammad
SAW, yang menyampaikan kabar gembira, memberi peringatan, dan menerangkan
hakikat penciptaan kita di dunia. Bersama Beliau, diturunkanlah Alqur’an
sebagai pedoman hidup
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Alqur’an Sebagai Mukjizat
Untuk
memperkuat dakwah yang disampaikan, Allah memberikan keistimewaan bagi para
rasul yang disebut dengan mukjizat. Bagi seorang Rasul, mukjizat yang satu
berbeda dengan yang lain. Biasanya, ada dua macam mukjizat yaitu yang bersifat
materi/fisik, dan yang bersifat non materi, namun bisa ditangkap dengan ketajaman
akal dan rasa. Alqur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang berupa fisik,
akan tetapi juga mengandung mukjizat non-fisik yang luar biasa dibalik
teks-teksnya. Maka pantas jika dikatakan bahwa Alqur’an adalah mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang terbesar dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Secara
jelas Alqur’an telah memperlihatkan kemukjizatannya dalam sejarah manusia.
Ketika Alqur’an dilaksanakan dan diamalkan dengan kesungguhan, maka ia dapat
menciptakan peradaban besar yang menguasai dunia dengan keadilan dan
kesejahteraan. Lihat saja dulu, ketika Islam mengalami kejayaan, kaum Muslim
meletakkan Alqur’an sebagai landasan bagi setiap hukum dan ilmu, maka seluruh
bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kaum Muslimin bahkan
menjadi rujukan para ilmuwan dari negeri lain. Kaum Muslim menjadi ‘guru’
dunia.
B.
Hidayah Alqur’an
Alqur’an
merupakan sumber utama ajaran Islam, di mana di dalamnya terkandung hidayah
bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan agar selamat dan memperoleh kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Ada beberapa macam hidayah Alqur’an kepada manusia: pertama,
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi. Ajaran Alqur’an
membimbing manusia agar keluar dari kegelapan yang berupa kekafiran, kesesatan
dan kebodohan menuju cahaya Ilahi yang berupa keimanan, keislaman dan ilmu
pengetahuan.
Allah
SWT berfirman: Alif, laam raa. (Ini adalah) kitab yang kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.(Q.S. Ibrahim [14]: 1).
Kedua,
membimbing kehidupan manusia menuju jalan yang lurus, baik dan adil. Ini
dicapai dengan mengikuti ajaran Islam yang shahih dan jalan tauhid yang
ditunjukkan Alqur’an. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Alqur’an ini
memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar. (Q.S. Al-Israa’ [17]: 9).
Ketiga,
memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman dan peringatan kepada
orang-orang ingkar (kafir). Alqur’an menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman
melalui amal shaleh yang mereka lakukan, akan mendapat pahala berlipat dan akan
dibalas dengan kebaikan di dunia dan surga di akhirat. Sebaliknya, orang-orang
ingkar akan mendapat balasan buruk diakhirat. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya
Alqur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahw bagi
mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih.(Q.S.
Al-Israa’ [17]: 9-10).
Keempat,
Alqur’an menyembuhkan hati manusia dan menebarkan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Ia menyembuhkan segala macam penyakit hati, termasuk akhlak tercela.
Penyakit hati bersumber dari pemahaman akidah yang salah tentang Allah,
malaikat, rasul-rasul, hari akhirat, qadha dan qadar. Kesalahan keyakinan ini
membuat hati gelisah, sakit dan bingung. Allah SWT berfirman: Dan kami
turunkan dari Alqur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Alqur’an itu tidaklah menmbah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (Q.S. Al-Israa’ [17]: 82).
Kelima,
berisi nasihat dan ibrah (pelajaran). Alqur’an banyak berisi
kisah-kisah penuh hikmah tentang orang-orang terdahulu. Kisah-kisah itu tentu
bukan hanya sekedar pemanis dan hiasan Alqur’an, lebih dari itu, ia adalah
pelajaran (ibrah) yang harus diambil oleh umat Islam.
Firman
Allah SWT: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alqur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (Q.S. Yusuf [12]: 111).
C.
Alqur’an Sebagai Pembela di Akhirat
Telah
bersabda Rasulullah SAW: Belajarlah kamu akan Alqur’an, di akhirat nanti dia
akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat
memerlukannya. Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia
bertanya, “Kenalkah kamu kepadaku?”
Maka
orang yang pernah membaca Alqur’an menjawab: “Siapakah kamu?”
Berkata
Alqur’an: “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan engkau juga
telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
Kemudian
berkatalah orang yang pernah membaca Alqur’an itu: “Adakah kamu
Alqur’an?” Alqur’an lalu mengiyakan dan menuntun orang tersebut
menghadap Allah.
Orang
beriman itu kemudian diberi kerajaan yang kekal di tangan kanan dan kirinya,
kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya. Pada kedua ayah dan ibunya
yang muslim, juga diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau
berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya: “Dari manakah kami
memperoleh ini semua, padahal kami tidak sampai ini?”
Lalu
dijawab: “Kamu diberi ini semua karena anak kamu telah mempelajari
Alqur’an.”
D.
Kelebihan Alqur’an
Alqur’an
memiliki tiga kelebihan yang tidak dimiliki oleh kitab suci lain. Pertama,
merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca dan dihafalkan oleh manusia
sejak dahulu hingga sekarang dalam bahasa aslinya. Dalam catatan rekor
dunia guinness, disebutkan bahwa buku non-fiksi yang paling
banyak dibaca sepanjang sejarah adalah Bible. Namun, kita tahu, Bible
menggunakan bahasa setempat dan telah mengalami banyak perubahan. Sedangkan
Alqur’an, apa yang kita baca darinya saat ini adalah apa yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW tanpa ada perubahan sedikitpun. Kedua,
merupakan kitab suci yang mendapat perhatian sangat besar, baik oleh pemeluknya
maupun oleh orang diluar mereka. Banyak ilmuwan non-Muslim yang mengakui
Alqur’an, baik dari segi tata bahasanya maupun kandungannya. Ketiga,
bagi seorang mukmin, membaca Alqur’an akan dapat memperkuat imannya serta
kedekatannya kepada Sang Pencipta, dan membaca Alqur’an termasuk ibadah.
BAB 3
PENUTUP
Sebagai
seorang Muslim, sudah semestinya kita menjadikan Alqur’an sebagai pedoman
hidup. Menjadikannya cermin melihat dan mengukur akhlak dan setiap aktivitas
yang kita lakukan. Menjadikannya sahabat yang mengingatkan saat terlupa dan
menegur saat alpa. Bila dalam satu hari kita tidak berkomunikasi dengan manusia
kemudian kita merasa kesepian, maka apakah bila dalam satu hari kita tidak
berkomunikasi dengan Dzat yang telah menciptakan kita dengan membaca Alqur’an,
apakah kita merasa kesepian? Apabila setiap pagi kita merasa ada yang kurang tanpa
membaca koran, maka apakah dalam setiap mengawali hari kita selalu merasa
kurang sebelum membaca Alqur’an? Saat diri terlupa, tersesat dan lemah, maka
apakah Alqur’an sudah kita jadikan sebagai pedoman hidup?
KESIMPULAN
Dengan berpedoman pada al-qur’an maka kita akan
selamat dunai dan akhirat karena al-qur’an adalah pedoman hidup sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar